1. Sawah di halaman madrasah
Kami mulai dari rencana kegiatan Hari Lahir atau Hari Amal Bhakti MTsN 8 bantul, yang sedianya akan digelar pada tanggal 17 maret 2020, ketika itu halaman utama madrasah tepatnya di sebelah utara konblok yang dibatasi oleh dua pohon ketepeng , kondisinya becek, kotor dan berlumpur ( maaf layaknya sebuah sawah yang siap ditanami padi ). Karena akan menggelar acara yang cukup besar dan monumental maka tentu kami klg madrasah berfikir agar tempat yang kurang nyaman tadi berubah menjadi nyaman. Rencana kami tenda dan kursi yang menampung sekitar 800 peserta akan kami gelar di halaman utama madrasah tersebut. Rekanan pun sudah kami hubungi, beliau adalah bapak kepala dusun Banjarharjo sebagai jasa penyedia tenda,kursi, sound dan tentu urusan konsumsi. Kembali pada area yang berlumpur tadi, saya dengan sebagian guru berbincang tentang area itu bagaimana kalau kita urug dengan sirtu ( pasir dan batu ), saya lontarkan pertanyaan itu, lalu dijawab oleh guru tersebut dari mana pak biayanya? saya jawab bantingan ( istilah ndeso iuran bareng ), beliau menyahut siap,maka jadilah kami – guru dan pegawai yang PNS iuran tidak ditentukan,alkhasil dari iuran itu terkumpul dana Rp. 3.000.000,00. Secepatnya kami pesan SIRTU kepada Ibu Lina, salah satu pegawai di madrasah kami. Dalam waktu tunggu datangnya sirtu dan kesiapan bagian lain-lainnya, ternyata Allah SWT memberikan ujian kepada kita dengan wabah pandemi covid-19. Praktis rencana kegiatan Harlah MTsN 8 bantul juga terkena imbas sehingga harus dicancel, dengan sendirinya semua kegiatan persiapan untuk kegiatan harlah juga ikut berhenti semua, termasuk rencana menutup halaman berlumpur tersebut.
2. Melingkar menjadi memanjang
Memasuki masa pandemi, memberi dampak kepada kehidupan madrasah. Pembelajaran mulai harus tidak tatap muka, siswa belajar dari rumah, guru dan pegawai bekerja juga dari rumah dengan istilah WFH ( Work From Home ), sedangkan kami bersama Kepala Tata Usaha tetap setiap hari harus masuk kantor. Banyak kegiatan madrasah yang kemudian tidak dapat kita laksanakan. Dengan tidak dilaksanakannya kegiatan tersebut akan berpengaruh kepada bagian keuangan baik dana DIPA, BOS maupun Komite. Revisi anggaran dari pemerintah merupakan sebuah keharusan seiring dengan tidak berjalannya kegiatan madrasah yang bersumber dari dana pemerintah. Melalui Kepala TU kami merevisi anggaran yang kemudian kita ajukan dan diterima. dari situlah kami mempunyai modal untuk kami coba gunakan menutup area berlumpur di halaman utama madrasah kita. Rencana semula kita hanya akan menutup tepat di area yang berlumpur, namun dalam perjalanan diskusi, berembuk kita maka disepakati akan membuat cor blok yang memanjang dari pintu gerbang sebelah barat sampai depan ruag guru. Ini masih menyisakan area sepanjang sekitar 30 meter untuk sampai di pintu gerbang sebelah timur.
3. Parade Jayamix
Kembali melalui perhitungan Kepala TU diestimasi untuk pengecoran area sepanjang 52 meter dengan lebar 3,30 meter memerlukan material cor dari jayamix sebanyak 21 kubik, yang setiap kubik harganya Rp. 765.000, sehingga secara keseluruhan termasuk biaya operasional kerja bakti menelan biaya Rp. 17.500.000. Biaya sejumlah itu berasal dari dana DIPA, iuran PNS di MTsN 8 Bantul dan bantuan dari orang tua siswa. Cor area tersebut dilaksanakan pada hari Sabtu, 20 Juni 2020, otomatis terjadi parade jayamix pertama kali masuk di kawasan itu.